Berbagi Ilmu dan Pengetahuan mengenai Teknologi Budidaya

0
79227

 

Beberapa dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan terutama Dosen Budidaya Perairan (BDP) melaksanakan bakti kepada masyarakat berbagi ilmu, pengetahuan dan teknologi mengenai Budidaya tepat guna. Dipimpin oleh Bapak Try yulianto yang merupakan dosen BDP FIKP, ditemani dengan Ketua jurusan BDP Bapak Wiwin Kusuma Atmadja Putra, Ibu Shavika dan Bapak Risandi Dwirama Putra melaksanakan sharing dan berbagi ilmu mengenai teknologi HEBAT (Hydro Environment Biofloc for Aquaponics Technology).

HEBAT meruapakan teknologi budidaya yang mengkombinasikan dua sistem mekanisme budidaya terkini yaitu Biofloc dan Aqupuaponic. Biofloc merupakan teknik budidaya yang menggunakan berbagai organisme baik, seperti bakteri, jamur, protozoa maupun algae yang bergabung dan membentuk gumpalan (floc) (Avnimelech Y., 2011; Widanarni dkk, 2012). Gumpalan floc yang dibentuk oleh mikroorganisme berasal dari limbah pemeliharaan yang dapat berfungis menjadi pakan alami. Sistem biofloc dirancang untuk budidaya di lingkungan yang sulit untuk meminimalkan ganti air serta meningkatkan efisiensi penggunaan pakan (Crab dkk. 2009).  Keunggulan sistem biofloc ini merupakan sistem yang menjanjikan untuk kegiatan budidaya yang berkelanjutan dan ramah lingkungan (Avnimelech 2007; Azim dan Little 2008; Crab dkk. 2009) dengan menggunakan mekanisme (self-purifier) yang akan merubah sisa pakan dan kotoran, gas beracun seperti ammonia dan nitrit menjadi senyawa yang tidak berbahaya. Sehingga dapat menghindari masuknya bibit penyakit dari luar. Sedangkan Teknologi Aquaponic merupakan teknologi yang mengkombinasikan aquaculture dan sistem hydroponic dalam lingkungan yang bersifat simbiotik (Kyaw dan Keong, 2017; Graber dan Junge, 2007).

Hasil sisa dari proses pembentukan floc dari limbah yang tidak terbentuk sempurna pada sistem Biofloc dapat mempengaruhi kualitas air dan memberikan toksitas, dimana sistem aquaponic dapat berperan untuk memproses sisa dari pembentukan floc yang tidak sempurna dengan memberikan ekskresi limbah hewan budidaya kepada tanaman agar dapat dipecah menjadi nitrat dan nitrit melalui proses alami. Nitrat dan nitrit yang dibentuk akan dimanfaatkan oleh tanaman sebagai nutrisi. Setelah pemanfaatan hasil limbah diproses oleh tanaman, sirkulasi air akan kembali kepada kolam budi daya dengan menghasilkan kualitas perairan yang lebih baik (Buzby dkk., 2016).  Pemanfaat teknologi aquaponic ini memiliki mekanisme aliran air yang kaya akan zat atau unsur hara yang berasal dari media pemeliharan ikan digunakan untuk mengaliri dan memberikan nutrisi pada tanaman hydroponic. Hal ini berdampak baik bagi kedua aspek yakni ikan dan tanaman arena tanaman memperoleh nutrisi dari kotoran ikan sementara air yang nantinya mengalir kembali ke wadah penampungan ikan menjadi lebih bersih (Buzby dkk., 2016; König dkk., 2018). Pada dasarnya, sistem aquaponic menyediakan pupuk cair yang berasal dari kotoran ikan untuk tumbuh kembang tanaman secara hydroponic dan sebaliknya tanaman serta media hydroponic yang diletakkan pada area kolam juga berfungsi sebagai penyaring alami atau biofilter yang dapat membersihkan air dari kotoran. Peran biofiltrasi atau penyaringan secara alami air kotoran tersebut dilakukan oleh bakteri nitrifikasi yang terdapat pada akar tanaman dan media hydroponic yang digunakan (Maucieri dkk., 2018).

Tujuan dosen-dosen FIKP UMRAH dalam melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masayarakat ini dikarenakan ingin membantu masyarakat meningkatkan kemampun untuk melakukan budidaya tepat guna dengan efektif dan efisien sert menghasilkan hasil panen yang lebih baik sehingga pada akhirnya ekonomi masyarakat budidaya di Tanjungpiang dapat meningkat. Potensi Budidaya di Tanjungpinang sangat besar, salah satu nya dikareanakan lokasi Tanjungpinang yang merupakan kawasan strategis dalam dibidang budidaya, tidak hanya budidaya perairan tawar, perairan laut juga memberikan manfaat yang besar serta keuntungan yang besar jika ingin dilaksanakan dengan serius dan konsisten. Permintaan akan hasil budidaya dikawasan negara tetangga yaitu Singapura sangat besar dan memberikan peluang yang besar bagi para pelakukan kegiatan Budidaya.

References:

Avnimelech Y., 2007.  Feeding with microbial flocs by tilapia in minimal discharge bio-flocs technology ponds. Journal Aquaculture, Vol. 264 pp. 140-147

Avnimelech Y. 2011. Biofloc technology: basic and new developments. Proceedings of the Conference of the World Aquaculture Society, June, 6-10, Natal, Brazil.

Buzby K. M., Waterland N. L., Semmens K. J., Lin L. S., 2016. Evaluating Aquaponic Crops in a freshwater flow-through fish culture sistem. Aquaculture., Vol. 460, Pages 15-24.

Crab R., Kochva M., Verstraete W., Avnimelech Y., 2009.  Bio-flocs technology application in over-wintering of tilapia. Aquacultural Engineering Vol 40 pages 105–112.

Crab R., Defoirdt T., Bossier P., Verstaete W., 2012. Biofloc technology in aquaculture: Beneficial effects and future challenges. Journal Aquaculture, Vol 356-357, Pages 351-356.

Kyaw T. Y., Keong A. Ng., 2017. Smart Aquaponics Sistem for Urban Farming. Energy Procedia Vol. 143, pages 342-347

Maucieri C., Forchino A. A., Nicoletto C., Junge R., Pastres R., Sambo P., Borin M., 2018. Life Cycle Assasement of a Micro Aquaponic Sistem foe Educational Purposes Built Using Recovered Material. Journal of Cleaner Production, Vol. 172. Pages 3119-3127.

 

Previous articleMONEV PKM Mahasiswa Prodi BDP
Next articlePrestasi Mahasiswa BDP UMRAH 2018